a.
Identifikasi
Kasus
Identifikasi
kasus adalah pengumpulan data tentang konseli dengan tujuan untuk menentukan
konseli yang diperkirakan mengalami kesulitan belajar dan memilih konseli yang memerlukan
bantuan. Dalam masa observasi yang sudah
berjalan ini, langsung ditunjukkan konseli oleh kepala sekolah SD Briliant.
Keanehan yang terjadi terhadap konseli telah dirasakan oleh guru kelas selama
pembelajaran di kelas. Adapun identitas konseli adalah sebagai berikut :
Identitas Konseli
Nama : KNSW
Jenis kelamin : Laki-laki
Kelas : I (satu)
Alamat rumah : Jl.
Waru 21A RT 01/10, Tanjung Lawas.
Untuk
memperoleh data yang ada pada konseli, penulis menggunakan metode pengumpulan
data observasi dan wawancara.
1)
Wawancara
Wawancara
merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan
komunikasi langsung dengan konseli. Wawancara ini bersifat langsung. Penulis
berkomunikasi dengan konseli dan guru
BK dalam bentuk tanya jawab untuk memperoleh keterangan
lebih lanjut dari data yang diperoleh.
Pelaksanaan
wawancara ini diciptakan dalam suasana yang akrab dan santai agar konseli tidak
ragu dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepadanya dan
mengungkapkan permasalahannya. Dari hasil wawancara diperoleh data bahwa konseli merasa sering
malas belajar karena mengalami kesulitan dalam membaca dan menulis.
2)
Observasi
Data
dikumpulkan melalui pengamatan secara langsung aktivitas, tingkah laku, dan
sikap konseli. Pengamatan dilakukan di dalam kelas selama proses belajar
mengajar. Berikut ini adalah data-data yang diperoleh dari hasil observasi:
(a)
Kurangnya
keaktifan dan keterlibatan konseli tersebut selama proses belajar mengajar.
(b)
Konseli
tergolong konseli yang pendiam dan jarang mengikuti pembelajaran dengan serius.
b.
Identifikasi Masalah
Tujuan
dari identifikasi masalah adalah untuk mengklasifikasikan masalah secara
rinci., adapun masalah konseli yaitu konseli tidak lancar dalam membaca, karena
ketidak lancaran membaca tersebut konseli menjadi jarang belajar, waktunya
habis untuk bermain bersama teman-temannya. Bahkan saat ada ulangan harian pun
konseli tidak belajar. Di dalam kelas konseli sering tidak serius mengikuti
pelajaran. Dua hal tersebut merupakan faktor penyebab hasil ulangan konseli
tidak memuaskan. Dari uraian
tersebut saya simpulkan bahwa konseli mengalami kesulitan belajar.
c.
Diagnosis
Diagnosis
adalah langkah menemukan masalah atau mengidentifikasi masalah. Dari diagnosis
ini dapat diperoleh faktor-faktor penyebab masalah. Dari beberapa langkah yang telah dilakukan,
ada dua penyebab masalah yang dihadapi konseli, yaitu:
1)
Faktor
internal
(a) Konseli kurang bersemangat dalam
mengikuti proses pembelajaran.
(b) Saat guru menjelaskan konseli kurang
memperhatikan.
(c) Konseli banyak menghabiskan waktu untuk
bermain bersama teman-temannya.
(d) Kurangnya motivasi belajar.
(e) Belum bisa membagi waktu antara bermain
dan belajar.
2)
Faktor
Eksternal
Letak rumah yang jauh menyebabkan konseli malas
sekolah dan sering terlambat ke sekolah.
d.
Prognosis
Prognosis
adalah suatu langkah untuk menentukan jenis bantuan apa yang sesuai dan dapat
diberikan tergantung pada latar belakang masalah yang dihadapi. Dari latar
belakang masalah yang di peroleh maka penulis ingin memberikan pekerjaan rumah (PR) untuk membaca agar
dapat lancar membaca sehingga dapat meningkatkan keinginan untuk belajar.
Ketika keinginan belajar tersebut sudah didapatkan maka konseli dengan mudah :
1) Berkonsentrasi dan bersemangat dalam
pembelajaran
2) Mengatur jadwal belajar dan bermain.
3) Meningkatkan prestasi belajarnya.
e.
Terapi
Terapi
merupakan pertolongan atau bantuan yang diberikan kepada konseli sesuai dengan
latar belakang masalah yang dihadapi konseli. Tujuan dari terapi ini adalah
untuk membantu konseli menemukan akternatif pemecahan masalah yang sedang
dihadapinya. Dari tahap ini diharapkan masalah konseli dapat diatasi dengan
baik. Beberapa
bantuan yang diberikan sebagai berikut :
1)
Memberikan
motivasi dan arahan yang jelas kepada konseli untuk rajin membaca dan menulis
2)
Memberikan
pekerjaan rumah untuk membaca dan menulis.
3) Home
visit untuk melakukan pendekatan dengan orang tua konseli dan memberikan saran
untuk terus memantau kegiatan dan jadwal belajar konseli terutama ketika
dirumah agar konseli bisa memperbaiki nilai-nilai dalam pembelajarannya.
f.
Evaluasi
Evaluasi
dilakukan untuk melihat apakah bantuan yang diberikan memperoleh hasil yang
baik atau tidak. Evaluasi ini dilakukan setelah praktikan dan konseli melakukan
beberapa kali pertemuan. Dalam hal ini evaluasi dilakukan setelah praktikan
selalu memberikan tugas membaca dan meringkas apa yang sudah dibaca dengan
menulisnya di buku. . hal ini dilakukan secara bertahap dan setiap minggu
selama kurang lebih satu bula. Setelah mengecek hasil jawaban dari konseli,
praktikan melihat peningkatan kemampuan membaca dan menulis pada konseli. Sehingga konseli
dapat meringkas suatu bacaan secara lisan maupun tertulis.
g. Tindak
Lanjut
Tindak
lanjut atau follow up adalah tindakan atau usaha untuk mengetahui keefektifan
suatu usaha konseling yang telah dilakukan. Metode yang digunakan dalam langkah
ini adalah wawancara, dokumentasi, dan observasi.
1.
Metode
wawancara
Metode
ini dilakukan praktikan untuk menggali respon konseli berkaitan dengan
saran-saran yang diberikan. Hasil wawancara menunjukkan bahwa konseli lebih
mudah untuk mengerjakan tugas dari guru dan lebih semangat mengikuti pelajaran
dan belajar secara teratur di rumah setelah ada masukan-masukan yang diberikan
oleh praktikan.
2.
Metode
observasi
Metode
ini dilakukan untuk mengamati konseli dalam mengikuti pembelajaran. Dari hasil
pengamatan menunjukkan konseli mempunyai motivasi lebih dalam mengikuti
pembelajaran. Konseli lebih aktif mengikuti pembelajaran dengan penuh
perhatian.
Karena keterbatasan
waktu observasi yang dilakukan praktikan di SD Briliant untuk bimbingan
selanjutnya dilanjutkan pihak sekolah baik gur BK, guru, wali kelas, maupun
kepala sekolah dengan memberikan laporan layanan studi kasus ini untuk mendapat
pantauan lebih lanjut.
No comments:
Post a Comment